skip to main |
skip to sidebar

- Dalam RE 5, gamer menjalankan karakter Chris Redfield. Chris Redfield adalah pahlawan pertama dalam Resident Evil. Ia termasuk seorang dari sedikit anggota STARS yang selamat dalam insiden di Umbrella Mansion juga salah satu dari orang pertama yang menyadari kebusukan perusahaan Umbrella. Setelah akhirnya berhasil melakukan reuni dengan adiknya di Code Veronica, Chris kembali berusaha memburu Albert Wesker, bosnya yang berkhianat, dan menghentikan Umbrella.
Setelah Umbrella ditutup, itu tidak berarti perjuangan Chris selesai. Sebaliknya, keadaan malah bertambah rumit. T-Virus milik Umbrella beredar ke pasar gelap dan jatuh ke tangan teroris untuk dijadikan uji coba. Salah satu ladang uji coba itu adalah di tanah Afrika, dan di sanalah Chris kembali bertualang.
Ketika trailer RE 5 pertama kali beredar, kontroversi konsep co-op dengan karakter Sheva Alomar muncul. Saya sendiri merasa biasa-biasa saja dengan konsep ini. Bukankah fitur co-op sudah berulang kali muncul dalam Resident Evil? Di Resident Evil 3, kamu beberapa kali bisa dibantu oleh Carlos berhadapan dengan Nemesis, dalam Resident Evil Zero Billy dan Rebecca praktis terus saling dukung untuk selamat, dan dalam Outbreak kamu malah bisa bermain online untuk menyelamatkan diri. Malahan saya khawatir kehadiran Sheva akan mengurangi nuansa seram game, dan hal itu benar-benar terbukti.
RE 5 tidak lagi menjadi game yang menyeramkan - melainkan berubah menjadi game action. (Sungguh!)
Sepanjang permainan kamu akan saling dukung dengan pasanganmu untuk mengungkap misteri penyebaran penyakit di Afrika. Selain itu Chris juga punya alasan personal mau mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Jill (bagi yang tidak tahu, Jill adalah pasangan Chris di Resident Evil pertama sekaligus tokoh utama di Resident Evil 3). Ada dua alasan kenapa sebuah game survival horror menakutkan. Pertama adalah kesendirianmu, dan kedua adalah kamu dipaksa untuk melarikan diri melawan musuh ketimbang melawan mereka. Dua alasan itu semuanya lenyap di RE 5. Kehadiran Sheva yang selalu mendampingimu praktis membuat alasan pertama dinihilkan sementara ammo yang melimpah malahan membuatmu memburu musuh ketimbang kabur dari mereka. Apalagi musuh bisa saja menjatuhkan uang yang bisa kamu gunakan untuk mengupgrade senjatamu. Sedikit banyak game ini malahan mengingatkan saya pada Dino Crisis 2.
Kalau boleh jujur, RE 5 tidak banyak melakukan inovasi. Bisa dibilang ia adalah RE 4 yang bersetting di Afrika, memiliki pasangan Sheva, dan hadir dengan grafis yang lebih mumpuni. While that’s not bad since Resident Evil 4 is a great game, it still is a bit of a letdown. Yang paling mengecewakan dari gameplaynya adalah bagaimana ia ‘memaksa’ kita untuk berdiri di tempat sambil membidik musuh. Capcom berdalih ini demi menambah intens permainan tetapi saya kok tidak percaya. Buktinya Dead Space memperbolehkan kita membidik sambil terus berjalan tanpa harus mengurangi suasana seramnya. Bicara soal seram dan seru, RE 5 juga terasa tanggung di tengah-tengah perbatasan kedua nuansa itu. Kalau seram jelas seram Dead Space, kalau seru ia juga kalah dengan Left 4 Dead (game FPS yang juga memiliki unsur co-op dan berhadapan dengan zombie).
Walau tidak luar biasa di aspek manapun, bukan berarti RE 5 game yang jelek, sebaliknya, ia sebenarnya bagus merata di segala aspek. Hanya saja, this is a jack-of-all-trades game.
0 komentar:
Posting Komentar